Laman

Kamis, 22 Januari 2015

"I Know My Religion" - To Give an Account of Our Faith

"I know my religion, I know my faith", ungkapan ini beberapa waktu ini sungguh membuatku terhenyak. Melalui postingan facebook, cuplikan berita, ungkapan percakapan yang aku temui, semua menunjukkan betapa yakinnya orang-orang tersebut pada pengetahuan iman kepercayaannya.

"Oh I know what the Church (or other worship places) teaches. His songs or his words are wrong." Sebuah ungkapan yang kemudian menuju pada sebuah penghakiman pada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang ia rasa ia ketahui. Semakin banyak diskusi tentang iman ini terjadi, semakin aku melihat bahwa apa yang ia ketahui adalah berdasarkan pengetahuan yang ia miliki di sekolahnya atau program-program lainnya.

Dalam bukunya "The Catholic Way", Cardinal Donald Wuerl mengungkapkan bahwa pentingnya kita mengetahui lebih lagi akan iman kita adalah agar kita dapat menghidupinya lebih lagi dan dapat membagikan pada orang lain dengan lebih efektif. Bukanlah sebuah pernyataan yang diharapkan untuk kita berikan pada hidup kita, melainkan bagaimana kita menghidupi iman kita. Mengetahui bagaimana kita menghidupi iman kita sungguh adalah sebuah hal yang sangat penting.Santo Paulus mengatakan bahwa ketika kecil kita bertingkah layaknya anak-anak dan ketika menjadi dewasa kita kesampingkan jiwa anak-anak tersebut dan menjadi lebih bertanggung jawab (lihat 1 Korintus 13:11). Katekisme merupakan salah satu cara bagi kita untuk memahami iman kita lebih baik.

Pendidikan iman ini merupakan proses sepanjang hayat. Langkah pertama yang kita harus miliki adalah sebuah kerendahan hati untuk mengungkapkan sebuah penghargaan pada Firman Tuhan. Kerendahan hati ini membawa kita pada sebuah proses kepatuhan dan penerimaan, bukan kepada sebuah otoritas manusia (atau lembaga-lembaga bentukan manusia) melainkan pada otoritas iman yang kita miliki secara pribadi dengan Tuhan kita. Kepatuhan ini membawa kita pada sebuah tahap bertekuk lutut pada keinginanNya dan mengungkapkan, "aku mungkin tidak sepenuhnya memahami misteri-misteri yang Engkau nyatakan, ya Tuhan, namun dengan rendah hati aku memahami keterbatasanku dan aku menerima FirmanMu." (The Catholic Way, 2000:10).

Hal ini membuat kita dapat memberikan yang terbaik dari kita terhadap sesama kita tanpa memiliki keinginan atau tujuan tertentu, melainkan sebuah pelayanan sebagai ungkapan pernyataan iman kita. Hal-hal seperti menghakimi iman orang lain tidak akan lagi terjadi melainkan sebuah harmonisasi hubungan relasional antar individu akan terjadi. Terutama dalam kehidupan di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika, sebuah penghormatan pada iman kepercayaan seorang individu sebagai sebuah hubungan pribadi dengan Tuhan menjadi hal yang utama. Kesaksian iman akan terpancar dalam Cinta Kasih yang jelas terhadap sesamanya, dan bukan sebuah kebencian penghakiman pada orang lain.

Ad Majorem Dei Gloriam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar