Laman

Senin, 22 Maret 2010

Dinoyo


"one day your life will flash before your eyes. Make sure its worth watching" - Anonymous


Saat ini sebenarnya sudah terlalu lama untuk mengingat judul diatas... namun hidupku bisa dikatakan berawal dari situ. Dinoyo, saat ini bisa dikatakan sebagai bagian dari pusat kota Surabaya. Namun tentunya itu sangat berbeda saat 29 tahun yang lalu. Memang cukup susah bagiku untuk memanggil kembali memori-memori kehidupan yang sudah terserak bagaikan ombak yang menghantam karang. Hanya dari informasi dari kerabat dan orangtua sajalah aku bisa memungut kembali serpihan-serpihan memori kehidupan itu.


Kisah ini tentunya diawali pada tanggal 2 Mei, 29 tahun yang lalu. Saat itu petang pukul 5 sore, ibuku melahirkanku, seorang putra. Putra pertama keluargaku. Saat itu aku dilahirkan di RS RKZ Surabaya (aku lupa nama panjangnya, pastinya bahasa Belanda...). Setelah aku dilahirkan, dan ibuku sudah kuat, orangtuaku membawaku ke rumah di Dinoyo.


Dinoyo saat itu yang bisa kuingat adalah kawasan kumuh dan padat. Untuk jalan masuknya pun tidak bisa dilewati oleh sebuah mobil. Sungguh gang yang padat. Hanya sedikit memori yang kuingat dari tempat ini, hanya foto-foto dan cerita dari papi dan mami yang bisa membuatku terkenang kembali akan tempat ini.


Rumah di Dinoyo ini merupakan persinggahan awal dari kedua orangtuaku. Sebelumnya mereka merantau dari Jogja, dimana disana kakak perempuanku lahir. Ayahku mencoba merantau untuk mencari pekerjaan setelah menikahi ibuku pada tahun 1978, dan akhirnya ayahku mendapat pekerjaan di Surabaya, sebagai seorang guru di suatu sekolah swasta di kota terbesar no 2 di Indonesia ini.


Permasalahan awal yang dihadapi oleh ayahku selain harus jauh dari ibu dan kakakku adalah tempat tinggal. Di kota yang padat ini, ayahku sama sekali tidak memiliki kerabat yang dikenalnya. Namun, ayahku adalah seorang yang optimis dan pantang menyerah. Sampai akhirnya ia diterima bekerja dan mengontrak rumah di gang Dinoyo, itu merupakan buah dari kerja keras yang dilakukannya selama ini.


Rumah Dinoyo ini merupakan rumah kontrakan yang berukuan sangat kecil, dan itupun ditambah harus ditinggali oleh 2 keluarga. Setelah itu, ayahku memboyong ibuku dari kota kerajaan Jawa Tengah untuk tinggal bersamanya di Surabaya. Sungguh merupakan suatu penderitaan yang harus dihadapi oleh pasangan baru tersebut. Dan ditengah sempitnya rumah itulah, aku hadir dalam keluarga itu. Namun, sungguhpun aku terus bersyukur karena nantinya banyak pelajaran dan kehangatan hidup yang kuperoleh dari mereka. Kehidupan di rumah Dinoyo ini merupakan periode awal aku merangkai hidupku.