Laman

Kamis, 22 Januari 2015

"I Know My Religion" - To Give an Account of Our Faith

"I know my religion, I know my faith", ungkapan ini beberapa waktu ini sungguh membuatku terhenyak. Melalui postingan facebook, cuplikan berita, ungkapan percakapan yang aku temui, semua menunjukkan betapa yakinnya orang-orang tersebut pada pengetahuan iman kepercayaannya.

"Oh I know what the Church (or other worship places) teaches. His songs or his words are wrong." Sebuah ungkapan yang kemudian menuju pada sebuah penghakiman pada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang ia rasa ia ketahui. Semakin banyak diskusi tentang iman ini terjadi, semakin aku melihat bahwa apa yang ia ketahui adalah berdasarkan pengetahuan yang ia miliki di sekolahnya atau program-program lainnya.

Dalam bukunya "The Catholic Way", Cardinal Donald Wuerl mengungkapkan bahwa pentingnya kita mengetahui lebih lagi akan iman kita adalah agar kita dapat menghidupinya lebih lagi dan dapat membagikan pada orang lain dengan lebih efektif. Bukanlah sebuah pernyataan yang diharapkan untuk kita berikan pada hidup kita, melainkan bagaimana kita menghidupi iman kita. Mengetahui bagaimana kita menghidupi iman kita sungguh adalah sebuah hal yang sangat penting.Santo Paulus mengatakan bahwa ketika kecil kita bertingkah layaknya anak-anak dan ketika menjadi dewasa kita kesampingkan jiwa anak-anak tersebut dan menjadi lebih bertanggung jawab (lihat 1 Korintus 13:11). Katekisme merupakan salah satu cara bagi kita untuk memahami iman kita lebih baik.

Pendidikan iman ini merupakan proses sepanjang hayat. Langkah pertama yang kita harus miliki adalah sebuah kerendahan hati untuk mengungkapkan sebuah penghargaan pada Firman Tuhan. Kerendahan hati ini membawa kita pada sebuah proses kepatuhan dan penerimaan, bukan kepada sebuah otoritas manusia (atau lembaga-lembaga bentukan manusia) melainkan pada otoritas iman yang kita miliki secara pribadi dengan Tuhan kita. Kepatuhan ini membawa kita pada sebuah tahap bertekuk lutut pada keinginanNya dan mengungkapkan, "aku mungkin tidak sepenuhnya memahami misteri-misteri yang Engkau nyatakan, ya Tuhan, namun dengan rendah hati aku memahami keterbatasanku dan aku menerima FirmanMu." (The Catholic Way, 2000:10).

Hal ini membuat kita dapat memberikan yang terbaik dari kita terhadap sesama kita tanpa memiliki keinginan atau tujuan tertentu, melainkan sebuah pelayanan sebagai ungkapan pernyataan iman kita. Hal-hal seperti menghakimi iman orang lain tidak akan lagi terjadi melainkan sebuah harmonisasi hubungan relasional antar individu akan terjadi. Terutama dalam kehidupan di Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika, sebuah penghormatan pada iman kepercayaan seorang individu sebagai sebuah hubungan pribadi dengan Tuhan menjadi hal yang utama. Kesaksian iman akan terpancar dalam Cinta Kasih yang jelas terhadap sesamanya, dan bukan sebuah kebencian penghakiman pada orang lain.

Ad Majorem Dei Gloriam

Minggu, 16 November 2014

Mukjizat Yesus yang Terbesar - sebuah saduran

Apakah mukjizat yang terbesar yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Apakah mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan orang buta, atau mentahirkan orang sakit kusta? Berjalan di atas air atau membangkitkan orang mati? Secara manusiawi, semua mukjizat tersebut luar biasa karena hal-hal tersebut di luar nalar manusia, namun menurut saya, mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus tersebut belum begitu luar biasa.
Mukjizat Yesus membangkitkan Lazarus (Yoh 11:1-44) yang telah mati mungkin menurut kita adalah suatu hal  yang sangat luar biasa. Misteri membangunkan orang mati menjadi hidup adalah suatu hal yang membuat kita terperangah. Hal itu merupakan suatu hal yang mungkin kita cari selama hidup ini, untuk menjadi makhluk yang abadi (immortal) karena kematian merupakan hal yang menakutkan bagi kita, makhluk penuh dosa.
Upah dosa adalah maut, sebagai orang Kristen kita memahami hal ini, dan maut sangat menakutkan bagi kita. Oleh karena itu, wajarlah kita sangat menghindari maut. Ketika mendengar atau membaca kisah Yesus membangkitkan Lazarus, kita merasa bahwa hal tersebut adalah hal yang luar biasa. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang luar biasa, kita semestinya tahu bahwa Lazarus yang telah mati dibangkitkan oleh Yesus, namun setelah sekian lama tentunya Lazarus mati kembali.
Menurut saya, mukjizat Yesus yang luar biasa adalah terjadi di kayu salib ketika seorang penjahat mengatakan, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42). Sebuah pertobatan luar biasa dari seorang penjahat yang dihukum mati. Kita tentunya tahu bahwa seorang yang dihukum mati bukanlah penjahat yang kelasnya biasa-biasa saja. Kita tentunya berpikir bahwa penjahat yang dihukum mati merupakan penjahat yang kejam atau sadis. Seharusnya kita bisa membayangkan bahwa penjahat sadis yang “baik” ini merupakan hal yang tidak biasa. Namun disinilah kita melihat suatu anugerah yang luar biasa. Kita cenderung melihat penjahat, sebagai penjahat seumur hidupnya. Namun Allah, bisa dan berkuasa atas mukjizat yang luar biasa ini. Orang yang telah mati secara rohani selama hidupnya dan melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat, mungkin kita bisa bayangkan bahwa ia seperti preman, perampok, pemerkosa, atau bahkan pembunuh, di detik-detik terakhir hidupnya mampu bertobat dan mengakui kesalahannya di hadapan Tuhan. Jawaban Yesus yang luar biasa, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43), membuat penjahat yang mati rohani dan akan mati secara badaniah, mendapatkan kelegaan luar biasa karena ia akan hidup secara rohani untuk selama-lamanya dan tidak mati kembali.
Sebagai manusia kita cenderung seperti penjahat yang disalibkan di sisi lain, kita membayangkan untuk diselamatkan oleh Yesus secara badaniah. Kita pasti meminta Yesus untuk menyelamatkan badan kita sendiri. Namun, penjahat yang kedua memiliki pemahaman yang sangat besar akan karya Yesus. Ia mengerti bahwa Yesus memang merupakan mesias, dan ia percaya benar bahwa Yesus akan menjadi raja bukan di dunia ini, melainkan di Surga. Sedangkan penjahat yang lain, berharap bahwa Yesus menunjukkan kuasanya yang luar biasa seperti manusia super dan menyelamatkan dirinya dari derita kayu salib, sungguh mirip seperti kita bukan? Yang berharap Tuhan kita seperti manusia super. Penjahat yang “baik” tidak berbuat demikian, ia hanya minta agar Tuhan “ingat” akan dia saat Tuhan datang untuk kedua kalinya. Sebuah ungkapan sederhana dari iman yang luar biasa. Apakah kita juga meminta Tuhan untuk “mengingat” kita saat Ia datang, ataukah kita berharap Ia akan menjadi manusia super yang akan datang untuk menyelamatkan kita ? Apakah kita sudah mengakukan  dosa-dosa kita dan meminta Tuhan untuk memberikan iman seperti iman penjahat yang “baik” itu?

Saduran dari penjelasan Alkitab oleh seorang Pendeta , salam Ad Maiorem Dei Gloriam

Minggu, 14 Oktober 2012

PHILOKALIA: eskatologi

Setiap agama dii dunia memiliki pandangan-pandangan khusus mengenai akhir jaman atau eskatologi. Umat Katolikpun demikian adanya. Hanya saja, tidak banyak jemaat atau umat Katolik secara khusus mempelajari teologi keimanan mereka mengenai eskatologi, sehingga ketika ditanya oleh orang lain, mereka tidak memiliki jawabannya. Saya menyedizakan link di bawah ini bagi anda untuk memahami apa itu eskatologi berdasarkan gereja Katolik.

klik PHILOKALIA: eskatologi


Rabu, 13 Juni 2012

Kembangkan Sayapmu Selebar Apa yang Tuhan Mau

Sesaat yang lalu, aku mengobrol dengan seorang sahabat lama via sosial media. Sahabatku sudah cukup lama berada di Eropa, disana ia bekerja dengan suatu perusahaan transportasi, suatu hal yang tak pernah ku pikirkan akan ia lakukan. Namun, ia menjalaninya.

Dia adalah seorang entertainer sejati, segala yang ia lakukan merupakan suatu hiburan, bagiku dan bagi teman-temanku di kos P26 dulu. Ia adalah mantan calon Romo yang dengan suksesnya gagal ia raih. Namun aku rasa sejuta kaum hawa akan tersenyum gembira melihat kegagalannya. Ketampanan wajahnya, kemerduan suaranya, membuatnya menjadi suatu hiburan bagi mata kaum hawa.

Aku pikir, suatu kebetulan yang sangat baik ketika pertama kali aku berkenalan dengannya. Ketika itu, bandku membutuhkan seorang vokalis, maka seoarang teman memperkenalkannya padaku. Maka sejak itu ia selalu berkunjung ke P26, walau hanya sekedar menampakkan diri pada teman-teman. Ia mendapatkan tempat dalam komunitas kami. Sebagai pemilik P26, maka aku sangat senang mendapatkan teman baru. Teman yang memiliki talenta yang besar. Setiap kami tampil dalam acara-acara di kampus di Jogja dan sekitarnya, kami selalu ditunggu penampilannya. PERUVIAN saat itu benar-benar mendapatkan hati di kalangan mahasiswa Jogja, walaupun lagu yang kami bawakan adalah lagu Rock, baik slow maupun progressive.

Tahun berlalu, setelah masa-masa kenakalan kami sebagai mahasiswa telah kami lewati, maka tercerailah kami. Aku pun memulai hidup baru di tempat yang jauh. Meninggalkan P26 dan segala kenangannya. Setelah itu, aku mengetahui bahwa sahabatku ini dengan berani meninggalkan Indonesia untuk mengadu nasib di Eropa, negara antah beratah yang aku yakin bahwa sedikit bahasa yang ia kuasai selain Bahasa Inggris yang lumayan ia kuasai. Suatu hal yang sangat berani, namun, ternyata di situ ia menemukan kembali dunianya, daripada ia bekerja sebaagai karyawan kantor maka ia memilih bekerja di sektor pariwisata dengan menjadi Ship Crews. Namun, ia menyadari bahwa talenta yang ada di dirinya tak mungkin ia padamkan, maka di atas kapal, ia menghibur para penumpang dengan menyanyikan lagu-lagu sambil ia mainkan gitar atau piano. Saat ini ia memiliki banyak penggemar dan bahkan mereka tergabung dalam suatu wadah bernama Dandy Doo Fans Club... Suatu hal yang lucu mengingat ia membuat para orang bule menjadi fansnya. Sungguh ia dapat memaknai talenta yang Tuhan berikan baginya dengan baik, semoga ia dapat mengembangkannya dengan memuliakan nama Tuhan, Ad Maiorem Dei Gloriam.. Thank you for the friendship, sahabat... God bless you, Den..

Minggu, 11 September 2011

The Make A Difference Movie

How to be a good teacher? Is that only by coming to school earlier and teaching them the materials the students need? Teacher is absolutely more than that. Teachers touches life of children. I believe that 49% of students success will depend on the teachers.

Harry K Wong once said that Teacher could be students' inspiration and it will not happen if you just concern on the content you teach, not the value of your teachings.

Enjoy this movie, klik http://makeadifferencemovie.com/

Rabu, 07 September 2011

Avoid These 3 Mistakes When Presenting

SEPTEMBER 7, 2011


Delivering a successful presentation requires preparation and practice. You need to gain the trust of your audience and convey your message clearly. Here are three mistakes you should avoid next time you're preparing to stand up in front of a crowd:
  • Not knowing your audience. Long before you walk into the room, determine who your audience is and what they will do with the information you present.
  • Failing to grab your listeners' attention. Give the audience a reason to care. Hook them by describing the problem you're trying to solve, or use an anecdote or a counterintuitive fact.
  • Using unrelated visual aids. Just because a chart looks good doesn't mean you need to include it. Your audience may be annoyed and possibly confused if your visual aids aren't directly related to your message.

HBR OnPoint Collection
Today's Management Tip was adapted from Guide to Persuasive Presentations.

Jumat, 14 Mei 2010

Jose Mourinho - Sebuah Analisa Kepemimpinan Trait


Jose Mourinho
Sebuah Analisa Kepemimpinan Trait

Abstrak
Saat Internazionale Milan menyingkirkan Barcelona dalam semifinal Liga Champions Eropa pada tanggal 28 April 2010 yang lalu, ada satu sosok yang sangat mengemuka. Dialah Jose Mourinho, sang pelatih Internazionale Milan. Ini sungguh merupakan suatu kejadian yang cukup fenomenal, biasanya sebuah tim yang superior, memiliki pemain yang sangat fenomenal, dan biasanya pula pelatih bukan menjadi sosok terdepan, namun hanya sebagai pengayom di belakang. Namun Jose Mourinho berbeda. Sosoknya adalah sosok kontroversial dalam dunia sepak bola. Banyak yang menyukainya namun tidak sedikit yang membencinya. Dalam tulisan ini, kita akan mengenal siapa sebenarnya Jose Mourinho itu, kemudian kita akan membahas gaya kepemimpinan dengan pendekatan trait yang diterapkan oleh Jose Mourinho dalam menangani tim yang ia asuh.
Kata kunci: kepemimpinan, pendekatan trait, Jose Mourinho

Siapakah Jose Mourinho?
Jose Mourinho adalah seorang manajer klub sepak bola Internazionale Milan, Italia. Ia adalah seorang pria berkebangsaan Portugis dan media Inggris menjulukinya ‘The Special One’. Dari julukannya saja, kita akan mengetahui bahwa sosok ini bukanlah seorang pria yang biasa. Terlahir pada tanggal 26 Januari 1963 di kota Setubal, Jose Mourinho merupakan seorang putra dari kiper nasional Portugal, Jose Felix Mourinho. Selayaknya anak-anak Portugal yang lain, ia berkeinginan pula meneruskan tradisi keluarganya sebagai seorang pemain Sepak Bola, namun dikarenakan minimnya skill bermain bola yang ia miliki maka ia berganti jalur dengan belajar manajemen di sekolah bisnis. Namun, karena ini semata hanya permintaan dari ibunya, maka tidak mengherankan kalau hatinya tidak berkenan. Alhasil, ia keluar dari sekolah tersebuat setelah hanya belajar satu hari.
Jose Mourinho tidak bisa mengalihkan kecintaannya pada dunia olahraga terutama sepak bola. Terinspirasi oleh ayahnya yang menjadi pemain dan kemudian pelatih, ia pun memfokuskan dirinya menjadi seorang pelatih sepak bola. Hanya saja, karena ilmu yang ia miliki terbatas, maka ia pun belajar di Instituto Superior de Educacao Fisica (ISEF), di Universitas Teknik di kota Lisabon. Di sana, Jose muda belajar ilmu olah raga. (http://observer.guardian.co.uk/osm/story/0,,1270852,00.html.) Selama menjalani masa studinya, ia pun melamar dan menjadi guru olah raga di berbagai sekolah di Portugal dan ia menjalani kehidupan seperti ini selama lima tahun sebelum ia menerima ijazah diplomanya dengan nilai-nilai yang sangat mengagumkan.
Setelah ia menerima diploma, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai pelatih di sekolah, Ia kemudian menjadi pelatih tim muda di salah satu klub sepak bola di kotanya, Vitoria de Setubal pada awal tahun 1990an. Kemudian setelah sempat berganti-ganti klub, Mourinho kemudian mengambil tantangan berikutnya, untuk menjadi penerjemah pada salah satu pelatih hebat saat itu, Bobby Robson, yang saat itu menjadi manajer baru klub Sporting Lisbon. Bobby Robson saat itu membutuhkan penerjemah yang mengerti sepak bola, maka ia mencari seorang pelatih sepak bola yang berkemampuan berbahasa Inggris yang baik. Tanpa menyia-nyiakan salah satu kesempatan untuk belajar, Jose Mourinho menerima tantangan tersebut.
Pertemuan dengan Bobby Robson ini merupakan titik tolak keberhasilan Jose Mourinho dalam dunia kepelatihan. Keduanya ternyata sangat cocok, mereka pun terlibat sangat dalam, hingga mereka pun saling berdiskusi mengenai taktik dan teknik-teknik kepelatihan. Robson sangat menyukai gaya Mourinho, sehingga ketika ia dipecat dari Sporting Lisbon dan kemudian ia menangani salah satu tim terbesar Portugal, Porto pun ia membawa Jose turut serta ke klub barunya. Mourinho yang masih muda dan benar-benar ingin belajar dengan senang hati mengikuti kepindahan Bobby Robson ini. Kecocokannya dengan Bobby Robson pun semakin terbukti ketika setelah dua tahun bersama di Porto, Robson pindah ke klub besar Spanyol, Barcelona. Ternyata Mourinho memutuskan untuk ikut serta ke Spanyol. Maka ia pun memboyong keluarganya ke kota Barcelona. Perannya semakin besar di klub Catalan ini, ia ikut menghadiri konferensi pers, merencanakan sesi latihan, dan membantu menasihati pemain dalam hal taktik dan analisa lawan mereka. Kecocokan mereka berdua menghasilkan sebuah trofi Eropa yaitu European Cup Winners’ Cup pada tahun 1996.
Kecocokan keduanya sebenarnya bukan karena kesamaan mereka, karena mereka berdua sebenarnya memiliki karakter taktik yang berbeda, Robson yang menyukai menyerang berbeda dengan Mourinho yang memperhitungkan gaya bertahan yang kuat. Robson yang bergaya manajemen manusia langsung, berbeda dengan Mourinho yang yang memiliki perencanaan yang kuat. Namun kesamaan visi mereka, yaitu ambisi untuk menanglah yang menyatukan mereka. Namun Bobby Robson pindah dari Barcelona pada tahun 1996, dan kepindahan kali ini tidak diikuti oleh Mourinho karena Barcelona menahannya untuk tetap menjadi assistant manager klub tersebut. Perpisahan mereka ini tidak mengakhiri persahabatan dua orang berbeda Negara tersebut. Jose menyatakan bahwa ia banyak belajar dari Bobby Robson. Pada satu kesempatan ia mengatakan bahwa, “salah satu hal terpenting yang saya pelajari dari Bobby Robson adalah ketika kamu menang, janganlah berpikir bahwa kamulah timnya, dan ketika kamu kalah, janganlah berpikir bahwa kamu adalah sampah.”( http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bagaimana Jose belajar bahwa kemenangan ataupun kekalahan bukan segalanya. Ketika kita mampu menggapai kemenangan, diharapkan kita tidak sombong, dan ketika kita mendapatkan kekalahan, jangan pernah beranggapan bahwa kita hanya seonggok sampah.
Di tahun keduanya di Barcelona, Jose mendapat kesempatan untuk belajar pada salah satu pelatih terhebat di dunia lainnya, yang juga memiliki gaya kepelatihan berbeda dengan Bobby Robson, yaitu Louis Van Gaal, seorang berkebangsaan Belanda. Bersama Van Gaal, ia memenangkan dua juara Liga Spanyol dalam dua tahun, sebuah prestasi yang mengagumkan. Melihat bakat yang dimiliki Jose, Van Gaal berpendapat bahwa seharusnya Jose tidak hanya menjadi assistant manager, maka Van Gaal memberinya kepercayaan untuk menjadi pelatih kepala di klub Barcelona B, klub Barcelona lainnya yang berisi banyak pemain muda berbakat binaan klub Barcelona.
Setelah itu, karier kepelatihan Mourinho berkembang pesat, ia pun dipercaya menjadi pelatih kepala di klub Benfica, di Portugal. Setelah beberapa lama di sana, dan terlibat perselisihan dengan Presiden klub tersebut, maka Mourinho memutuskan untuk pindah ke klub Portugal lainnya, Uniao de Leiria. Di sini pencapaian tertingginya pun terjadi, ia berhasil mengangkat klub medioker Portugal ini menempati posisi ke lima di klasemen akhir liga Portugal.
Selanjutnya pada bulan Januari 2002, FC Porto, klub besar Portugal menunjuknya menjadi pelatih kepala menggantikan Octavio Machado yang gagal membawa Porto ke posisi yang memuaskan sampai pertengahan musim 2001-2002. Pada klasemen akhir, ia membawa klub ini ke posisi tiga dan selanjutnya ia menjanjikan bahwa musim selanjutnya Porto akan menjadi juara.
Dan ia pun membuktikannya, pada musim 2002-2003, Mourinho membawa FC Porto juara liga Portugal, tak hanya itu, Mourinho juga membawa klubnya meraih juara Piala Portugal dan piala UEFA. Kesuksesannya dengan Porto ternyata tidak hanya itu saja, setelah memulai musim baru dengan kegagalan dalam perebutan piala Super Eropa dengan kalah 0-1 dari klub Italia, AC Milan, Mourinho membawa timnya kembali juara Liga Portugal. Meskipun ia gagal mempertahankan Piala Portugal, ia membayarnya dengan menjadi juara liga Champions UEFA, tempat di mana klub-klub top Eropa berada, dan klub dari Portugal memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk juara liga ini. Sebuah kesuksesan yang melambungkan nama Jose Mourinho.
Setelah kesuksesan ini, klub-klub atas Eropa berebutan untuk memakai jasanya. Setelah kedatangan milyuner Rusia ke Inggris dengan membeli klub Chelsea, maka terjadilah revolusi di klub ini, dan Abramovich berhasil mendatangkan Mourinho. Pada wawancara pertamanya ia mangatakan “Tolong, jangan sebut saya sombong, namun saya adalah juara Eropa dan saya pikir saya special (Special One)” (http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm.). Maka kemudian media-media Inggris dan berimbas ke media-media seluruh dunia mulai menyebutnya sebagai “The Special One”.
Di sana ia mencapai kesuksesan yang sangat besar dengan meraih beberapa prestasi seperti juara Liga Inggris, juara piala FA, juara piala Liga Carling dan juara Charity Shield. Di sini ia pun berhasil mengorbitkan pemain-pemain menjadi hebat seperti Frank Lampard dan Didier Drogba. Ia mengatakan, “Siapakah (Frank) Lampard, (John) Terry, dan (Didier) Drogba dua tahun lalu? Pastinya mereka bukan bintang dunia. Dan saat ini siapakah mereka? Mereka sudah seperti (Andrei) Shevchenko dan (Michael) Ballack.” (http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267) Di Inggris, Jose Mourinho merupakan bintang media, setiap kata-katanya dan tindak-tanduknya menjadi santapan media Inggris. Kesukaannya akan perang kata-kata dan permainan otak dengan manajer klub Inggris lainnya membuat ia menjadi sosok yang penuh kontroversi. Setelah tiga tahun bersama dengan Chelsea, pada tahun 2008, ia pun pergi dari sana karena hubungannya menjadi tidak harmonis dengan pemilik klub, Roman Abramovich. Namun ia sangat terkesan dengan persepakbolaan Inggris, ia mengatakan bahwa ia memiliki tiga musim yang fantastis dan fans sangat mendukungnya. Ia juga berjanji untuk kembali suatu hari nanti.
Setelah ia terbuang dari Chelsea, ia pun ditarik oleh Massimo Moratti, seorang taipan minyak Italia dan pemilik klub Internazionale Milan atau yang biasa disebut Inter Milan. Di sini ia pun meneruskan tradisinya sebagai seoarang pelatih juara dengan membawa Inter meraih berbagai piala domestik seperti Liga Italia, Coppa Italia dan Piala Super Italia. Hubungannya dengan media dan pelatih lain pun masih menjadi kontroversi. Kesukaannya berperang kata-kata dengan pelatih-pelatih klub lainnya membuatnya tidak disukai oleh sebagian pelatih di sana, namun ia juga tidak sedikit mendapat simpati dan dukungan dari pelatih-pelatih lainnya. Pada media Italia, ia mengatakan pada saat konferensi pers pada bulan Maret 2009, ia menuduh bahwa pers Italia sebagai ‘prostitusi intelektual’. (http://www.independent.co.uk/sport/football/european/mourinho-rails-against-intellectual-prostitution-1636683.html.)
Setelah melalui perjalanan yang panjang dalam karier kepelatihannya, Jose Mourinho pada tanggal 6 April 2010, menjadi pelatih pertama yang bisa membawa tiga klub berbeda menjadi semifinalis liga Champions UEFA. Setelah berhasil menyingkirkan Barcelona pada semifinal liga Champions UEFA musim ini, maka ia berkesempatan menjadikan Inter Milan juara setelah tahun 1989 dengan mengalahkan klub Jerman, Bayern Muenchen, yang kebetulan dilatih oleh Louis Van Gaal, mantan mentornya di Barcelona.



Gaya Kepemimpinan Jose Mourinho


Setelah membaca ringkasan biografinya di atas, maka kita mengenal bahwa Jose Mourinho adalah sesosok yang penuh kontroversi. Namun, kita harus mengakui bahwa orang ini adalah seorang pemimpin yang hebat. Selanjutnya kita akan memahami gaya kepemimpinan dengan pendekatan trait seperti apakah yang ia miliki untuk kesuksesannya hingga saat ini. Terlebih lagi sifat kepemimpinan yang bagaimana yang ia miliki dan bisa kita pelajari. Pendekatan trait dalam kepemimpinan memang mengandung banyak kontroversi dikarenakan tolok ukur yang tidak jelas dan gamblang, namun banyak ahli menyatakan bahwa pendekatan trait ini memang memengaruhi seorang pemimpin.
Para ahli seperti Lord, DeVader, dan Alliger menemukan bahwa trait kepribadian memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungannya dengan persepsi seseorang tentang kepemimpinan. (Northouse 2007:16) Dalam penemuan itu memang berarti bahwa pendekatan trait dalam kepemimpinan memiliki tingkat relativitas tertentu, karena kepribadian antara seorang yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Demikian pula dengan Kirkpatrick dan Locke yang menyimpulkan bahwa pemimpin yang efektif sesungguhnya bertipe-tipe berbeda dalam kepribadiannya. (Northouse 2007:16)
Northouse (2007:16) kemudian menyatakan bahwa pendekatan trait ini ‘hidup’ dan ‘baik’. Ini diawali dengan penekanan pada identifikasi kualitas orang-orang besar; kemudian melihat dampaknya pada situasi kepemimpinan; dan yang paling akhir adalah penekanan kembali pada peranan kritis pada trait dalam kepemimpinan yang efektif.
Jose Mourinho adalah sosok yang sempurna dalam contoh kepemimpinan yang efektif dalam pendekatan trait, dia memiliki karakteristik pemimpin yang digambarkan oleh ahli-ahli kepemimpinan trait.

Kemudian Northouse menyimpulkan dari beragamnya pendapat para ahli yang hampir berlangsung terus selama satu abad bahwa dari beragamnya ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh kepemimpinan trait terdapat beberapa karakter yang menjadi sentral dalam kepemimpinan trait. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Karakteristik Utama Kepemimpinan Trait
· Kecerdasan
· Kepercayaan diri
· Determinasi
· Integritas
· Sosialitas
Sumber: Northouse, Peter G. 2007.Leadership:Theory and Practice.London:Sage Publications


Jose Mourinho diyakini merupakan pemimpin yang memiliki karakteristik utama kepemimpinan trait tersebut. Berikut ini merupakan gambaran bagaimana Jose Mourinho dalam kaitannya dengan kepemimpinan trait.


1. Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan intelektual memiliki peranan yang cukup penting dalam kepemimpinan. Menurut Zaccaro, Kemp, dan Bader, pemimpin cenderung memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bukan pemimpin. (Northouse 2007:19) Seorang pemimpin yang cakap biasanya mereka juga cerdas. Kecerdasan itu juga mempengaruhi kemampuan bicara, persepsi, dan cara berpikir seseorang dalam menjadi pemimpin yang baik.
Kecerdasan kadangkala berkaitan dengan bagaimana kompetensi seorang pemimpin. Menurut Maxwell, kompetensi lebih dari sekedar kata-kata. Kompetensi adalah kemampuan seorang pemimpin untuk berkata-kata, membuat rencana, dan bertindak sedemikian rupa hingga orang lain mengetahui bahwa pemimpin ini mengetahui caranya dan orang lain itu mengetahui bahwa ia ingin mengikuti pemimpin itu (Maxwell 2009:33)
Jose Mourinho adalah orang yang sangat kompeten dalam pekerjaannya. Hal ini terlihat tentang bagaimana ia sejak awal memang bertujuan untuk hidup dalam dunia sepak bola. Ketika ia menyadari bahwa kariernya sebagai pemain sepak bola tidak terlalu baik, bahkan tidak lebih baik daripada ayahnya, maka ia belajar Sports Science di salah satu univesitas di kota Lisbon. Ia menyadari bahwa tidak perlu menjadi pemain hebat untuk menjadi pelatih hebat. Selain melalui pendidikan formal, Jose Mourinho juga sering mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti kursus kepelatihan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sepakbola Inggris dan Skotlandia. (http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) Ia bahkan menyadari bahwa kepelatihan tidak melulu menganai tekni bertanding semata, namun banyak hal yang mempengaruhinya, antar lain adalah psikologi. Karena itu ia terkenal dengan bagaimana ia mampu memotivasi pemain dengan baik.
Selanjutnya Jose Mourinho selalu menghabiskan waktunya untuk belajar. Ia selalu menyukai mempelajari berbagai macam hal. Sikap mau belajar ini sangatlah penting. Maxwell (2009:159) mengatakan untuk terus belajar di bidang dimana kita sudah menjadi ahli agar tidak menjadi tidak mau belajar. Seusai Jose Mourinho lulus dari pendidikan formalnya, ia pun melatih kompetensi yang ia miliki dengan menjadi seorang guru olahraga, namun, ia tidak puas hanya dengan pencapaian itu semata. Ia menyadari kemampuan yang ia miliki, namun ia mengerti, bahwa untuk mencapai kesuksesan, jalan yang ia tempuh tidak akan mulus. Karena itu Jose Mourinho menunjukkan sikap ingin belajar. Ketika ada kesempatan untuk menjadi seorang interpreter untuk pelatih terkenal dunia Bobby Robson pun ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengerti, bahwa dengan hanya menjadi interpreterpun ia bisa mendapatkan banyak hal. Terbukti dengan kenyataan bahwa Bobby Robson juga tertarik dengan kepribadian Mourinho dan ia bahkan membawanya dari tanah Portugal untuk mendampinginya ke tanah Spanyol. Selain belajar dengan Robson, Mourinho juga memberikan pandangan-pandangan yang ia miliki dan pahami dalam dunia kepelatihan sepak bola.
Ketika pergantian kepelatihan di klub Barcelona terjadi, dari Bobby Robson ke Louis Van Gaal, Jose Mourinho juga menyadari, bahwa dia juga akan memiliki kesempatan untuk belajar dari pelatih yang memiliki gaya berbeda dibanding dengan Robson. Maka ia pun bersenang hati untuk tinggal di Barcelona dan belajar dari mentornya yang baru ini.
Ketika menjadi pelatih klub besar seperti Porto, Chelsea, dan klubnya saat ini, Inter Milan, Jose Mourinho masih menunjukkan sikapnya yang mau belajar, terutama bahasa. Bahasa menjadi perhatian utama Jose Mourinho, karena menyadari bahwa klub sepak bola saat ini sudah seperti dunia mini, dimana di dalamnya terlibat berbagai macam orang dari seluruh penjuru dunia. Jose merasa bahwa dengan berbicara dengan bahasa asal dengan pendengarnya, maka ia akan mendapat penghormatan lebih besar dari si pendengar tersebut. Jose juga menyadari bahwa pemberian instruksi dan motivasi dengan bahasa asli pemain akan lebih bermakna jika keluar dari mulutnya sendiri.
Selain dari sisi motivasi dan psikologi, Mourinho pun tidak jumawa pada kekuatan timnya. Ia menyadari bahwa pelajaran akan tim yang akan dihadapi tidak aka nada habisnya. Karena itu ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menganalisa tim yang akan ia lawan pada esok harinya. Sebelum menghadapi AS Roma pada final Coppa Italia 6 Mei 2010 lalu, Mourinho menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari kekuatan lawannya. Ia mengatakan bahwa sebelum final, ia menyaksikan enam rekaman pertandingan Roma untuk mencari titik lemah. Ia menghabiskan 18 jam untuk itu, tiga jam per pertandingan. Setelah itu ia menghabiskan berjam-jam waktu untuk mengeksploitasi kekuatan tim. (http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/05/08/1915027/mourinho-ranieri-lupa-pemain-roma-bukan-anak-kecil)

2. Kepercayaan diri
Dalam pendekatan karakter (trait approach), salah satu faktor yang menentukan seorang pemimpin adalah kepercayaan diri. Northouse (2007:19-20) dalam bukunya Leadership:Theory and Practice menyatakan bahwa keepercayaan diri adalah kemampuan akan memahami kompetensi dan keterampilan yang ia miliki. Kepemimpinan adalah bagaimana kita bisa mempengaruhi orang lain, dan kepercayaan diri membuat pemimpin yakin akan pendekatan yang ia lakukan adalah benar dan baik.
Kepercayaan diri ini sangat erat dengan karakter juara yang dimiliki Jose Mourinho. Karakter juara ini biasanya dimiliki oleh seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Bernard Montgomery, Jenderal Inggris pada PD 2, pernah berkata bahwa kepemimpinan adalah kemampuan serta kemauan untuk menggalang orang mencapai sebuah tujuan, serta karakter yang membangkitkan keyakinan. (Maxwell 2009:1) Karakter seseorang dapat terlihat ketika ia mendapati dirinya dalam suatu kesulitan. Apakah ia akan terjatuh dalam sikap berkompromi atau ia akan memilih karakternya, yaitu meninggalkan sikap kompromi dan berjalan tegak dalam keyakinan dirinya akan pandangan hidupnya. Mourinho menunjukkan sikap ini ketika ia memilih untuk meninggalkan klub-klub yang pemimpinnya sudah tidak sejalan lagi dengannya. Tidak masalah dengan hatinya yang sedih karena kecintaannya pada klub itu, ataupun para fans dan pemain yang selalu berada di belakangnya, ketika ia sudah tidak sejalan dengan pemimpinnya, maka ia memutuskan untuk pergi.
Keyakinannya akan suatu itu tidak mustahil memang sangat hebat. Ia menyakini bahwa juara itu bisa diraih dengan kerja keras dan karakter yang kuat. Hal ini terjadi ketika ia menangani Benfica dan Chelsea. Ia juga meyakini bahwa seorang juara itu layak dihormati. Hal ini tercermin ketika ia datang ke Inggris dan kata-kata pertama yang ia ucapkan saat itu adalah, “Saya telah membaca dan saya harus membuktikan banyak dalam pesepak bolaan Inggris. Sir Alex Ferguson, adalah satu-satunya juara Eropa di Negara ini, tiada lagi orang lain, jadi apalagi yang harus saya buktikan?” (http://www.everestmotivation.com/mustread2005.html.) Ia mengatakan itu karena ia adalah seorang pelatih juara juga. Ia telah membawa FC Porto menjadi juara Eropa, maka ia berpendapat bahwa selayaknya ia mendapat penghormatan yang layak.
Hal lain yang ia tunjukkan sebagai seorang juara adalah dengan menunjukkan empati pada pemain-pemainnya, Jose Mourinho tidak malu untuk datang dan mengucapkan selamat bagi pemain-pemainnya saat mereka menang, mulai dari Kapten tim. Bahkan ia juga tidak segan untuk memeluk mereka dan mengusap kepala mereka. Hal ini jarang sekali ditunjukkan oleh pelatih-pelatih lainnya. Ia selalu menujukkan bahwa kebersamaan itu penting. Terbukti, dalam salah satu wawancara, ia mengatakan, “Saya benci untuk berkata tentang pemain secara individu. Pemain tidak memenangkan trofi, skuad yang memenangkan trofi.” (http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm.) Hal ini menunjukkan bahwa ia percaya akan kesatuan tim. Tidak ada yang spesial dalam sebuah tim, satu sama lainnya saling mendukung. Hal ini sangat baik bagi para pemain untuk membangkitkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka merupakan bagian penting dalam tim.
Dengan menunjukkan sikap empati ini, kepercayaan diri Jose Mourinho akan menular pada para pemainnya. Para pemain akan menujukkan kepercayaan diri dan determinasi tinggi dalam bertanding. Hanya saja, kepercayaan diri yang dibangun pada tiap pemainnya adalah bagaimana seorang pemain itu berfungsi dalam tim, bukan mengenai berpikir bagaimana tim tanpa saya, melainkan berpikir bagaimana saya tanpa tim. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri dari tim yang diasuhnya adalah kepercayaan menganai kebersamaan, bagaimana mereka saling membutuhkan satu sama lainnya.

3. Determinasi
Selain kemampuan intelektual dan kepercayaan diri, seorang pemimpin juga diharapkan untuk memiliki determinasi yang tinggi untuk mencapai tujuannya. Hal ini sangat penting untuk memotivasi para pengikut. Northouse (2007:20) menjelaskan bahwa determinasi adalah keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan dan meliputi berbagai karakteristik seperti inisiatif, konsistensi, dominan, dan kemampuan mengendalikan.
Northouse (2007:20) juga menjelaskan bahwa dengan menjadi pemimpin yang penuh determinasi, itu berarti pemimpin tersebut harus menunjukkan dominasinya pada saat-saat atau situasi dimana para pengikutnya membutuhkan arahan. Karena itu, pemimpin yang memiliki determinasi adalah pemimpin yang proaktif, dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi berbagai permasalahan dan hambatan yang menghalangi jalannya organisasi yang dipimpinnya untuk meraih visi organisasi tersebut.
Ketika menangani Chelsea, yang baru saja diambil alih kepemilikannya oleh taipan Rusia, Roman Abramovich, Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia pantas dengan sebutan Special One dan dia juga menujukkan bahwa ia pantas pula menyandang pelatih juara Eropa. Determinasi dan dominasinya dalam menangani tim membuat para pemainnya menghormatinya. Dia selalu menujukkan bahwa determinasi yang ia buat merupakan bagian dari komitmennya dalam menuju visi tim yang ia bela.
Komitmen merupakan faktor penting seorang pemimpin untuk berhasil membawa pengikutnya ke tujuan yang benar. Stephen Gregg, Direktur Utama Ethix Corp, mengatakan bahwa orang takkan mengikuti para pemimpin yang tidak memiliki komitmen. Komitmen tampak dalam berbagai aspek, termasuk jam kerja, usaha Anda dalam meningkatkan kemampuan, atau pengorbanan apa yang Anda lakukan bagi rekan sekerja Anda. (2009:17). Menurut Maxwell dalam bukunya The 21 Indispensable Qualities of A Leader, bahwa jika kita ingin menjadi pemimpin yang efektif, kita harus memiliki komitmen. Pengikut hanya akan percaya kepada pemimpinnya hanya jika pemimpin tersebut percaya kepada tujuannya sendiri.
Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berkomitmen kuat. Ia sadar bahwa ia adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menunjukkan komitmennya akan pekerjaannya setiap saat. Jose Mourinho mengatakan bahwa kepemimpinan dapat dirasakan melalui hal-hal terkecil seperti, detail terkecil, yang terlihat dari, atau hanya kehadiran dari pemimpin itu sendiri. (http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267/)
Selama ia melatih, ia menyadari bahwa ia adalah seorang role-model. Ia membuktikannya melalui hal-hal terkecil yang ia tunjukkan pada pemainnya, mulai dari pakaian hingga cara melatih dan bahkan ia menujukkan komitmennya melalui caranya berbicara dengan pemain. Ia sangat menyadari bahwa kepemimpinannya harus ia terapkan setiap hari. (http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267/)
Kehadirannya dalam tim menginspirasikan pemain-pemain yang ia latih juga berkomitmen pada tim. Mereka merasa bahwa tim itu adalah milik mereka. Hal ini terjadi karena Jose Mourinho memiliki komitmen yang kuat untuk bekerja dengan keras demi tim yang ia miliki. Untuk memiliki komitmen yang kuat ini, dibutuhkan rasa kesadaran untuk tahu apa yang anda lakukan dan kapan anda akan melakukannya. Bahkan hasilnya pun terkadang di luar ekspektasi kita. Komitmen yang ditunjukkan oleh para pemain Chelsea terhadap kepemimpinan Jose Mourinho menjadikan mereka mau untuk berkorban untuk terus bermain tanpa menghiraukan rasa sakit yang sedang mereka alami. Hanya dengan sedikit obat penahan rasa sakit, mereka tetap berkomitmen untuk bermain di lapangan. Semua ini karena mereka telah tertular oleh rasa komitmen yang dimiliki oleh pemimpin mereka, Jose Mourinho.
Rasa memiliki dan komitmen inilah yang menjadikan Jose Mourinho dicintai oleh segenap elemen tim yang ia latih. Saat ia meninggalkan Chelsea pada tanggal 20 September 2007, semua elemen tim seperti staf pelatih, pemain, dan bahkan fans berkaca-kaca. Ia sempatkan dirinya untuk berpamitan pada mereka dan ini berlangsung selama 3 jam. Jose menyadari bahwa timnya ini adalah sebuah kesatuan, sebuah keluarga. Mourinho menyempatkan dirinya untuk berbicara satu per satu dengan pemain dan staf yang mengantar kepergiannya. Semua ini terwujud karena komitmen dari seorang Jose Mourinho.

4. Integritas
Integritas adalah suatu kualitas dari kejujuran dan kepercayaan. (Northouse 2007; 20). Orang yang bertahan pada prinsip hidup yang kuat dan berani mengambil tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya adalah orang yang memiliki integritas. Pemimpin yang berintegritas menginspirasikan kepercayaan terhadap pengikutnya, mereka akan bersikap setia, bergantung dan percaya sepenuhnya pada sang pemimpin. Inilah yang terjadi pula pada skuad Jose Mourinho.
Integritas yang dimiliki oleh Jose Mourinho sangatlah kuat. Ia memiliki pandangan yang ia anggap benar dan ia yakini benar. Ia tidak ingin dicampuri, bahkan oleh si pemiliki klub itu sendiri. Hal ini terjadi ketika ia datang ke Chelsea, klub ini tidak memiliki pemain-pemain juara. Tim ini memilki pemain-pemain berbakat seperti John Terry, Frank Lampard, dan Joe Cole. Dalam proses kepelatihannya, Jose Mourinho membuat mereka menjadi pemain kunci tim nasional Inggris. Nama-nama mereka pun menjadi idola bagi pesepak bola muda saat ini. Kemampuan mereka sebagai pesepak bola tidak diragukan lagi. Begitu pula dengan Didier Drogba. Kedatangan awalnya dari Marseille sempat diragukan oleh publik. Ia bukanlah sosok yang terkenal. Namun pada beberapa musim setelahnya, ia mampu menjadi top skor di liga Inggris, dan ia pun menjadi pemain kunci yang membawa Chelsea meraih beberapa trofi juara. Drogbapun sempat terpilih menjadi pemain terbaik Liga Inggris dan lebih besar lagi menjadi pemain terbaik Afrika.
Integritas yang Jose Mourinho milikipun tercermin ketika Abramovich mendatangkan Michael Ballack dan Andrei Shevchenko, yang pada saat itu merupakan pemain bintang. Mourinho dan Abramovich sempat bersitegang karena Mourinho sebenarnya tidak membutuhkan mereka. Bahkan ia berani mengatakan pada Abramovich untuk memecatnya karena ia telah berani mencampuri pekerjaan Jose Mourinho. Ia tidak takut akan kehilangan pekerjaannya. Ia tidak pula takut akan kehilangan 5,2 juta pounds setahun gajinya. Itu semua karena integritasnya. Sebagai hasilnya, kedua pemain itu harus bekerja keras untuk menjadi pemain utama Chelsea. Mourinho pun tak segan menempatkan mereka ke dalam tim cadangan. Ketika Abramovich meminta Chelsea bermain ‘menghibur’, kembali Jose Mourinho menolaknya. Ia berpendapat bahwa sepak bola efisien yang akan lebih berhasil. Sekali lagi Jose Mourinho menempatkan integritasnya sebagai pelatih juara di atas segalanya. Ia rela kehilangan pekerjaan, hanya karena pimpinannya sudah tidak sejalan dan tidak menghormati integritasnya sebagai seorang pelatih.

5. Berjiwa Sosial
Northouse (2007:20) mengatakan berjiwa sosial dalam kepemimpinan berarti kecenderungan pemimpin untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin-pemimpin yang berjiwa sosial biasanya ramah, menyenangkan, sopan, cerdas, dan diplomatis.
Jose Mourinho mungkin merupakan sosok yang tidak pernah terpikirkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang berjiwa sosial. Yang terlihat bagi masyarakat kebanyakan adalah bahwa sosok Jose Mourinho adalah sosok yang sombong, yang suka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. Hal ini terlihat ketika dia menangani Chelsea dan Inter Milan, dimana ia suka berperang kata-kata dengan pelatih-pelatih lainnya. Namun dalam hidupnya yang nyata, Jose Mourinho merupakan sosok yang ramah. Ia adalah pecinta keluarga, setiap kali ia mengalami hari yang buruk dan sial dalam dunia pekerjaannya, maka ia akan menceritakan pada wartawan mengenai keluarganya dan bagaimana ia selalu menyempatkan diri bersama-sama dengan keluarganya menonton pertandingan gulat. (www.lovemorenyatsine.wordpress.com/2007/09/26/leadership-lesson-from-jose-mourinho/). Keluarga merupakan pusat kehidupan dari seorang Jose Mourinho. Ia pernah mengatakan bahwa hal terpenting adalah keluargaku dan bagaimana saya menjadi seorang figur ayah yang baik. (http://findarticles.com/p/articles/mi_qn4161/is_20051113/ai_n15840668).
Selain keluarga, pemain, staf klub, hingga para fans membuktikan bahwa Jose Mourinho adalah sosok yang sangat berjiwa sosial. Bahkan pelatih-pelatih yang sering bertikai dengannya di media seperti Sir Alex Ferguson dan Arsene Wengerpun merasa kehilangan dirinya ketika ia hijrah ke Inter Milan. Dalam setiap pertemuan pelatih liga Inggris, Jose Mourinho pun bisa terlibat dalam percakapan dengan pelatih-pelatih tersebut.
Penutup
Setelah membaca analisa di atas, kita memahami bahwa Jose Mourinho merupakan seorang pemimpin yang baik. Terlepas dari bahwa ia adalah sosok kontroversial, ia selalu membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang baik. Ia dicintai dan dihormati oleh para pemain, staf klub hingga fans klub yang ia bela. Ia juga merupakan satu dari sedikit banyak pemimpin yang sukses dalam kehidupan berkeluarga dan sukses pula dalam kariernya. Sehingga memang pantas, ketika ia mendapat julukan Special One.



Daftar Pustaka
Books
Maxwell, John C.2009.The 21 Indispensable Qualities of A Leader (Indonesian Language Translation). Surabaya:MIC.
Northouse, Peter G. 2007. Leadership:Theory and Practice (4th ed.). Thousand Oaks, CA:Sage.

Internet Links
http://findarticles.com/p/articles/mi_qn4161/is_20051113/ai_n15840668 diunduh pada 3 Mei 2010
http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267/ diunduh pada 3 Mei 2010
http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm. diunduh pada 3 Mei 2010
http://observer.guardian.co.uk/osm/story/0,,1270852,00.html.) diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.goal.com/id-ID/news/1353/sepakbola-italia/2010/05/08/1915027/mourinho-ranieri-lupa-pemain-roma-bukan-anak-kecil diunduh pada 7 Mei 2010
http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece. diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.timesonline.co.uk/tol/sport/football/article434404.ece.) diunduh pada 3 Mei 2010
http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/teams/c/chelsea/3769431.stm. diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.independent.co.uk/sport/football/european/mourinho-rails-against-intellectual-prostitution-1636683.html. diunduh pada 3 Mei 2010
http://www.everestmotivation.com/mustread2005.html. diunduh pada 3 Mei 2010
http://jose-mourinho-news.newslib.com/story/1115-3242267 diunduh pada 3 Mei 2010
www.lovemorenyatsine.wordpress.com/2007/09/26/leadership-lesson-from-jose-mourinho/ diunduh pada 3 Mei 2010